Thursday, October 10, 2019

Tentang Rasa Kehilangan Itu...

Bismillah,

Hangat mengalir kurasa tiada henti, hati pun seolah mengalur mengikuti buliran air mataku. Mengapa begitu tak tertahankan rasa kehilangan ini, seolah sakit tertusuk duri dan berdiam tak mampu beranjak pergi. Ini hari pertama saat pasangan jiwaku tak jua kutemukan di setiap pojok yang selalu dia berada, bermain, menulis, membaca, meringkuk kedinginan di lembar selimut yang terjuntai, mengaji, bersujud, berdoa ketika diam-diam ku tertegun menatap tangan mungil cantik itu tengadah, kadang anganku berkelana apa kiranya yang sedang ia mohonkan ke Rabbnya…  Jiwaku tersayat seolah, hingga detik ini setiap momen itu meninggalkanku sendiri, setiap sudut ruang yang terbiasa ada dia dengan aktivitasnya, sekarang hampa… kosong… tak kutemukan sosok yang kurindu dalam.  Di manakah belahan jiwaku bersembunyi, kemanakah dia berlalu meninggalkan rasa sunyi dan bersalah ini membenam di relung jiwaku....

“Hari ini adalah hari di mana Bundo harus jauh dari Fayza sementara, Bundo sangat mengerti bahwa ini adalah keputusan kita bersama, ini adalah keputusan kuat Fayza untuk fokus menuntut ilmu dan menjadi penghafal Al-Quran kitab kebanggaan di rumah kita ya naak. Walaupun berat rasanya tapi bundo tak ingin menjadi penghijab mimpi dan citamu naak. Di sudut jiwa bundo terdalam, bundo sangat bangga dengan Fayza dan atas keputusan besar Fayza ini. Apalah yang akan menjadi kebanggan layaknya orang tua seperti Bundo dan Yando kecuali melihat Fayza berhasil menjadi kesayangan Allah Azza Wa Jalla dan Rosullullah. Oleh harapan besar inilah Bundo berjanji akan bertahan dan tegar tuk  menanti sosok istimewa yang akan menjadi kebanggaan Bundo dan Yando kelak dengan ilmu dan ketaqwaanmu naak…aamiin”.
Dari jauh haripun sudah kusadari akan melalui masa sulit ini saat tiada waktu bersama kesayangan hati setiap saat. Sadar akan mengalami mimpi berkelana sendiri tanpa menggenggam tanganmu yang mungil dan hangat yang selalu menarik-narik untuk minta direngkuh. Yaa Allah… anakku, belahan jiwaku, pasangan hatiku, malaikat kecilku, dia jauh dari dekapanku, dia tak kan mampu kupeluk setiap detik kumau. Ternyata rasa kehilangan ini terasa teramat sangat, rasanya semua canda, tawa, marah dan kesal sekalipun yang biasanya hadir sangat kurindu hingga menyesak dada dan relung nafasku. Tolonglah hamba Yaa Allah… tuk mampu lalui semua kesendirian ini.

Menerima nasihat dan tulisan dari seorang teman bagi yang sedang melalui masa sulit seperti ini, adalah “Karena cinta tidak harus bersama…”, beliau menuliskan bahwa secara harfiah ikatan hati seorang ibu dengan anaknya sudah terjalin mulai dari janin, bayi, hingga kini, sangat kuat dan sangat berat tuk dipisahkan. Ibu manakah yang tega berpisah dengan putra & putrinya..., kehidupan di pondok adalah ujian awal buat buah hati kita dalam meraih ridho Ilahi paparnya. Apa yang kita rasakan tentang kehilangan itu, merekapun akan merasakan hal yang sama. Mereka berusaha tegar dalam kesendirian saat berpisah dengan ibunya. Merekapun berusaha tersenyum untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Ketika mereka sakit, tiada tempat untuk mengadu dan bermanja layak biasanya. Hanya kepada Allah sematalah tempat mengadu dan memohon perlindungan. Semua mereka lakukan untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Wahai ibu… perpisahan yang sebenernya adalah ketika kita tidak bisa berkumpul dengan putra putri kita di surga. Ikhlaskan mereka untuk berada di taman-taman surga, doa kanlah mereka sabar dan kuat dalam menuntut ilmu dan menggapai ridho Allah…”... begitu dalam nasihat bermanfaat ini, Maa Syaa Allah… saat ini baru kumampu memahami arti kata ini dengan sesungguhnya, tulisan singkat beliau menyentak piluku. Duhai Allah Sang Pemilik Kekuatan… kuatkan hamba dan himpunlah hamba dan suami hamba kelak dengan anak-anak kami di taman-taman surgaMU yang sesungguhnya, aamiin…
 “Naaak, Bundo adalah seorang ibu yang jauh dari sempurna buatmu… maafin Bundo ya naaak, selama 12 tahun terakhir tidak mampu mendampingimu dan mencintamu dengan penuh kehangatan dan keikhlasan sebagaimana Rasul kita ajarkan semasa hidupnya. Maafin Bundo belum bisa membuat Fayza bahagia, bak pertemanan yang Fayza punya bersama Besties Fayza. Maafin Bundo yang belum bisa menjadi sosok dirindu yang selama ini Fayza doakan, maafin semua kesalahan Bundo yang telah membuat jarak hati Fayza begitu jauh buat Bundo rengkuh. Begitupun di masa2 di mana kesabaran Bundo selalu teruji, dan Bundo sadar hingga saat inipun Bundo belum mampu mendapat predikat kelulusan, Bundo belum lulus untuk sabarnya seorang ibu menghadapi ulah pengundang kesal dan marah dari buah hatinya. Tentang bangun untuk sholat shubuh yang harus disertai marah karena Fayza masih terbuai mimpi dan tak kuasa bangkit bergegas berwudhu, tentang rutinitas bersih2 gigi pagi hari dan sebelum bobo’, tentang arti kebersihan diri dan aktifitas toiletries, tentang celoteh Fayza yang tiada henti sebagai ungkapan pembelaan diri, tentang sikap acuhnya Fayza sebagai tindakan balik ketidak-sukaannya Fayza, tentang semua yang membuat Bundo selalu keras sama Fayza. Atas semua kesalahan Bundo itu, maafin Bundo ya naaak. Bundo tidak akan mau kehilangan momen kita yang dulu indah, mungkin inilah hikmahnya saat ini kita berjarak tuk saling belajar memahami sosok, jiwa dan hati kita masing-masing. Allah memberikan kita waktu yang banyak untuk saling mengenal agar jiwa kita bertaut tanpa ada selembar benangpun sebagai penghalang komunikasi jiwa kita. Allah memberikan kita kesempatan tuk saling memahami dan meyakini bahwa hati dan jiwa kita sangat sakit jika ada jarak diantaranya. Allah ingin kita belajar berbicara lembut dan pelan karena hati kita sangat dekat, tanpa teriakan karena hati kita berasa jauuuh satu sama lain.  Allah akan membuat kita sangat dekat dengan caraNYA, Bundo yakin akan itu, Allah lebih mengetahui yang terbaik buat kita naak…
“Bundo sangat sadar semua ini adalah kesalahan bundo yang tidak akan mampu  ditebus hanya dengan untaian kata maaf. Maaf tidak akan pernah bermuara kepada pengampunan tanpa adanya perjanjian sungguh berlampirkan perbuatan dan meninggalkan semua keburukan penoreh kesalahan sebelum melangkah ke pintu kebaikan itu sendiri. Maafin bundo ya naak, kesayangan Bundo, pasangan jiwa Bundo, sungguh Fayza harus faham bahwa Bundo begitu cinta dan sayang sama Fayza, Bundo tak-kan mampu bertahan tanpa cinta dan sayangnya Fayza ke Bundo, bantu Bundo sekuatnya untuk bisa lebih baik ya naak... “
“Apapun yang akan Fayza lalui, Fayza harus kuat dan tegar, doa Bundo selalui mengelilingi Fayza, segala bentuk perlindungan dan kemudahan akan selalu Bundo untaikan disetiap doa Bundo ke Allah Zat Yang Menggenggam jiwa kita, Bundo akan memohon dan bersimpuh tuk segala kebaikan dan kesuksesan Fayza ke Allah Zat Yang Maha Mengatur hidup kita”.
“Saat Fayza sedih, capek, kebentur, bahkan kangen sama Bundo dan Yando, perbanyak zikir atau Fayza bersegera ambil wudhu dan sholat 2 rakaat ya naaak, bersimpuh dan berdoalah dengan sungguh kepada Allah yang Maha Pemberi Ketenangan Jiwa, atau juga Fayza bisa ungkapin semua yang Fayza rasain dalam bentuk tulisan,  alirin semua sesak itu dalam uraian tulisan Fayza, Fayza In Syaa Allah bisa, yakinilah naak bahwa hanya Allah yang bisa membuat kita mempunyai waktu yang banyak untuk berkumpul kembali, saling merangkul dan mengungkap hangatnya hati dan cinta kita.  Fayza harus kuat, Fayza harus yakin Fayza punya banyak potensi yang luar biasa yang tidak semua orang lain punya, kembangin itu buat sukses hidup Fayza dunia akhirat. Apapun yang akan Fayza pilih ingat akan pesan Yando bahwa pastikan Allah dan Rosullullah menyenangi itu. Dan satu lagi jangan lepas tuk dilupa, .... setinggi apapun ilmumu naakk, yang lebih penting adalah hulukan kebaikan akhlakmu, sebab adab itu qobla 'ilmi, genggam ini jangan dilepas ya naak...
Semua In Syaa Allah akan mudah buat Fayza, buat kita semua Bundo dan Yando,  Aamiin Yaa Robbal’alamiin…”

Love you so deeply my Soul… myFayza. Senin 13 Syawwal  1437H,  18 July 2016
❤❤❤


No comments:

Post a Comment

Tentang Rasa Kehilangan Itu...

Bismillah, Hangat mengalir kurasa tiada henti, hati pun seolah mengalur mengikuti buliran air mataku. Mengapa begitu tak tertahankan ra...